Halaman

Minggu, November 25, 2012

Renungan: Menjelang usia 40

Usia 4O antara Kehormatan dan Peringatan

Pernahkah sekali waktu Anda memikirkan ihwal keberadaan Anda di dunia ini? Setidaknya, pernahkah Anda berpikir, apa saja yang telah Anda lakukan hingga detik ini? Apakah lebih banyak kebaikannya, ataukah keburukannya? Apakah lebih besar ketaatannya kepada Allah, ataukah pembangkangannya kepada-Nya? Sampai kapan Anda akan menjalani hidup tanpa perencanaan dan tanpa evaluasi?

Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik, memberikan berbagai kelebihan, dan memuliakan mereka di antara semua makhlukNya. Sudah menjadi ketetapan Allah bahwa manusia akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan dalam perjalanan hidupnya, tahap demi tahap, dari masa bayi ke masa kanak-kanak, lalu menjadi remaja, setelah itu menapaki usia dewasa, kemudian paruh baya, dan akhirnya memasuki usia lanjut dalam kondisi lemah dan renta.

Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya, yang artinya, "Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) itu sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa." (QS ArRum: 54).

Meskipun urutannya demikian, tak seorang pun akan dapat memastikan bahwa hidupnya akan berlanjut terus hingga tua, karena boleh jadi belum lagi tua, bahkan mungkin masih sebagai seorang pemuda, ajal telah menjemputnya. Ya, usia memang misteri yang tak pernah terungkap dalam kehidupan manusia. Tak satu pun orang yang dapat menerka dengan tepat atau tahu dengan terperinci berapa tahun ia akan hidup di dunia yang fana ini, pada tahun berapa ia akan mati, di mana akan berakhir hidupnya. Karena itu, Islam terus mengingatkan penganutnya untuk sebaik mungkin memanfaatkan usia yang sedang dijalani, karena waktu yang terlewat tak akan kembali.

Rasulullah bersabda, "Belum hilang jejak telapak kaki orang-orang yang mengantarnya ke kubur, seorang hamba akan ditanya mengenai empat hal, yaitu
tentang usianya ke mana dihabiskannya, tentang tubuhnya untuk apa digunakannya, tentang ilmunya seberapa banyak yang diamalkannya, serta hartanya dari mana diperolehnya dan untuk apa dibelanjakannya." (HR At-Tirmidzi).

Usia adalah anugerah yang begitu berharga yang diberikan Allah kepada manusia. Bahkan, kekayaan dan kekuatan manusia tidak akan berarti jika usia telah tiada. Allah akan meminta pertanggungjawaban kepada manusia atas usia yang dikaruniakan-Nya. Maka, usia harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya demi peningkatan keimanan dan ketaatan kepada Allah. Usia adalah masa yang menentukan baik-buruknya manusia.

Terlepas dari itu, ada tahapan sangat penting dalam kehidupan manusia yang sangat perlu kita perhatikan. Yaitu ketika seseorang mulai memasuki usia 40 tahun. Di usia ini, tingkat produktivitas mencapai puncaknya sehingga amat sayang bila dilewatkan begitu saja tanpa adanya pembaruan dalam hidup dan prestasi-prestasi kreatif. Usia 40 tahun merupakan tahapan perkembangan usia yang penuh berkah yang menjadi gerbang awal kehidupan baru. Bertawakallah kepada Allah dan berkiprahlah supaya Anda termasuk salah seorang yang pandai melakukan amal kebaikan dan meninggalkan warisan yang baik.

Dengan kata lain, pada usia ini orang diberi tawaran untuk memilih: apakah akan menjadikannya sebagai momen untuk melakukan perubahan fundamental, atau akan melewatinya biasa-biasa saja. Allah telah memberikan fasilitas yang lebih dari cukup untuk melakukan perubahan fundamental itu. Fasilitas yang dimaksud adalah potensi, dorongan-dorongan internal tertentu, serta kelebihan-kelebihan lain yang dimiliki.

Adakah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa usia 40 tahun itu usia istimewa? Ataukah itu hanya anggapan-anggapan? Banyak bahkan terlalu banyak bukti yang menunjukkan pentingnya usia 40 tahun dalam kehidupan manusia.

Di antaranya, Allah sebagai Pencipta manusia memberi perhatian khusus pada umur 40 tahun, yaitu dalam AI-Ouran surah Al-Ahqaf ayat 15, yang artinya, "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa, 'Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu-bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak-cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS Al-Ahqaf: 15).

Selain ayat tersebut, kita pun mengetahui banyak hal besar di dunia ini yang terjadi dan dikaitkan dengan umur 40 tahun dalam kehidupan seseorang. Yang terpenting adalah diutusnya Nabi Muhammad SAW dalam usia itu oleh Allah SWT untuk menyampaikan risalahnya kepada seluruh umat manusia. Inilah peristiwa paling fenomenal dalam sejarah perjalanan manusia sejak diciptakannya Nabi Adam hingga datangnya hari Kiamat kelak.

Usia 40 tahun itu sesuatu yang istimewa, sehingga Allah menyebutkannya secara khusus pada ayat di atas. Usia 40 tahun itu bukan usia yang biasa-biasa saja, sehingga Allah memilih diutusnya Rasulullah pada usia itu untuk mengemban amanah yang sangat besar yang memberikan perubahan sangat luar biasa pada sejarah perjalanan manusia. Kebanyakan nabi lainnya pun diangkat menjadi rasul tepat pada usia 40 tahun.

Masa Dewasa
Ketika seseorang telah mencapai usia 40 tahun, berarti ia telah memasuki masa dewasa. Memang, menjelang usia 20 tahun menurut anggapan para ahli psikologi, atau pada usia 15 tahun menurut ajaran Islam, seseorang telah mencapai kedewasaan. Tetapi pengertian dewasa saat memasuki usia 40 tahun berbeda dengan dewasa saat berusia 20 tahun atau 15 tahun. Kedewasaan dalam usia 40 tahun berkaitan dengan kematangan sekaligus kebijaksanaan.

Dalam usia itu, Allah SWT memberikan karunia hikmah dan kebijaksanaan. Allah SWT berfirman, yang artinya, "Dan setelah menjadi dewasa dan cukup umurnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan bagi orangorang yang melakukan kebajikan." (QS 28: 14)

Asy-Syaikh AI-Arif Abdul Wahhab bin Ahmad Asy-Sya'rani dalam kitabnya AlBahrul-Mawrud menyebutkan, "Telah diambil janji-janji dari kita bahwa apabila kita telah mencapai umur empat puluh tahun, hendaklah bersiap-siap dengan melipat kasur-kasur dan selalu ingat bahwa kita sekarang sedang dalam perjalanan menuju akhirat pada setiap napas yang kita tarik sehingga tidak akan lagi merasa tenang hidup di dunia. Di samping itu hendaknya kita menghitung setiap detik dari umur kita sesudah melebihi empat puluh tahun sebanding dengan seratus tahun sebelumnya."

Imam Syafi'i rahimahullah, setelah mencapai umur 40 tahun, berjalan dengan menggunakan sebatang tongkat kayu. Ketika ditanya sebabnya, ia berkata, "Supaya aku senantiasa ingat bahwa aku adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju akhirat."

Berkata Wahb bin Munabbih, "Aku baca dalam suatu kitab bahwasanya ada suatu suara menyeru dari langit keempat pada setiap pagi, 'Wahai orang-orang yang telah berusia empat puluh tahun! Kamu adalah tanaman yang telah dekat dengan masa penuaiannya. Wahai orang-orang yang telah berusia lima puluh tahun! Sudahkah kamu ingat, apa yang telah kamu perbuat dan apa yang belum? Wahai orang-orang yang telah berusia enam puluh tahun! Tidak ada lagi dalih bagimu.... Awas, saatmu telah tiba! Waspadalah!"

Usia 40 tahun adalah titik perubahan bagi seseorang yang bersungguh-sungguh menginginkan kebaikan dan kematangan atau puncaknya kedewasaan. Selain itu, usia 40 tahun adalah persimpangan jalan setiap orang dalam meniti penyeberangan menuju jalan Allah atau terseret ke jalan setan. Ya, usia 40 tahun harus menjadi ajang bertaubat dan bersyukur terhadap nikmat Allah.

Usia 40 tahun merupakan tahapan perkembangan usia yang penuh berkah. Karena penuh berkah, seseorang harus dapat memanfaatkannya dengan optimal, sehingga ia dapat mencapai negeri akhirat dengan aman dan tenteram.

Bila seseorang telah memasuki usia 40 tahun, ada beberapa hal penting yang harus dilakukannya.
Pertama, berbuat lebih balk kepada kedua orangtua, karena atas perjuangannya kita bisa menjadi seperti sekarang ini.
Kedua, mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita dengan banyak berbuat baik, beramal shalih, dan menambah amalan dalam beribadah.
Ketiga, bertaubat dan berserah diri, yang artinya tidak berbuat dosa dan maksiat lagi.

Berbuat Banyak
Orang yang telah memasuki usia 40an semestinya semakin banyak memberikan andil dan manfaat kepada orang lain. Cobalah lihat pohon kurma. Semakin tua semakin bermanfaat, batangnya semakin kuat, tinggi menjulang ke angkasa, bentuknya semakin menawan, fungsinya semakin sempurna.

Tidak hanya saat memasuki usia 40an, bahkan ketika telah berusia lanjut dan mengalami masa renta manusia harus tetap beribadah. Allah berfirman, yang artinya, "Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." (QS AI-Hijr: 99).
Usia 40 tahun ke atas merupakan tahapan-tahapan yang memberikan peluang pada semua orang untuk lebih melengkapi berbagai kekurangan. Pada usia ini pula orang harus memandang semua permasalahan dengan penuh seksama, seperti saat ini dan Tuan pun seorang imam kaum muslimin."

Imam Ahmad menjawab, "Aku akan membawa tinta ini hingga ke kuburan." Yakni, akan tetap belajar dan berkarya sampai mati.
Para ulama terdahulu telah membagi kehidupan manusia dalam dua tahapan besar, tahapan meminta (thalab), yang mereka batasi dengan usia 40 tahun ke bawah, dan tahapan memberi (atha), yang berada pada usia 40 tahun ke atas. Meskipun begitu, hal ini tidak dimaksudkan bahwa orang tidak bisa memberi pada orang lain sebelum usia 40 tahun ataupun tidak perlu meminta setelah berusia 40 tahun ke atas.

Istilah "meminta" dan "menuntut" (thalab) juga dapat diartikan dengan menuntut ilmu, mencari dasar-dasar keimanan, adab, akhlaq, dan sebagainya. Sebaliknya, saat yang paling potensial untuk memberi berada pada usia 40 tahun ke atas, karena tingkatan keilmuannya sudah lebih dari cukup, pengalamannya sudah banyak, pegangan hidupnya telah mapan, gejolak jiwanya telah tertata, luapan semangatnya telah terkontrol.

Orang yang telah melewati usia 40 tahun ke atas seharusnya memahami bahwa dirinya kini menapaki hari-hari yang lebih baik, lebih utama, dan lebih cemerlang. Sebab, ia dapat memberi kepada orang lain, bermanfaat bagi manusia lainnya, dan berperan aktif dalam meningkatkan kualitas umat ini pada kondisi yang lebih baik.

Beralih ke Akhirat
Perhatian mereka yang telah memasuki apalagi melewati usia 40 tahun mestilah lebih banyak beralih ke akhirat, dengan tidak mengabaikan dunia, dan meninggalkan warisan yang bermanfaat.

Ada beberapa nasihat para ulama salaf yang ditujukan kepada orang-orang yang telah mencapai usia 40 tahun atau lebih yang patut kita renungkan. Di antaranya, Masruq berkata, "Apabila salah seorang di antara kalian telah mencapai usia empat puluh tahun, segeralah mulai waspada kepada ancaman Allah." Sedangkan Muhammad bin Al-Husain menuturkan, "Jika seseorang telah mencapai usia empat puluh tahun, ada seseorang yang menyeru dari langit, 'Waktu perjalanan jauh (kematian) telah dekat, maka segeralah mencari bekal'."

Dan seperti dikatakan oleh Imam AlGhazali dalam kitabnya Ayyuhal Walad, "Barang siapa telah melampui usia 40 tahun sedangkan kebaikannya tidak dapat mengalahkan kejahatannya, hendaklah dia menyiapkan dirinya untuk masuk ke dalam neraka."
Dikatakan oleh An-Nakha'i, "Mereka dahulunya mencari dunia, namun, ketika telah mencapai usia empat puluh tahun, mereka mencari akhirat." Dalam ungkapan yang berbeda tapi dengan pengertian yang sama, Abdullah bin Dawud berkata, "Ketika telah mencapai usia empat puluh tidak tergesa-gesa dan asal-asalan. Tak boleh salah melangkah, karena ia momentum yang paling menentukan dalam perjalanan hidup seseorang.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, "Apabila Kiamat datang, sementara salah seorang dari kalian sedang memegang sebatang kurma yang diambil dari induknya untuk ditanam, hendaklah ia menanamnya."

Suatu ketika, ada seorang laki-laki melihat Imam Ahmad membawa tinta. la pun terheran-heran melihat semangat Imam Ahmad dalam mempelajari ilmu meski beliau telah mencapai derajat imam. Orang itu lantas bertanya, "Wahai Abu Abdillah, Tuan telah mencapai status tahun, mereka melipat tempat tidurnya." Yakni, selalu melaksanakan shalat Tahajjud sepanjang malam tanpa tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar